Sebenarnya, saya sudah sangat bosan duduk anteng di depan monitor. Tapi
malam ini, entah kenapa mata belum juga mau meram. Duduk di bawah pohon mangga
depan rumah, menikmati tirisnya angin
malam membuat saya ingat kejadian beberapa waktu lalu.
Siang itu saya benar-benar sedang pusing di kantor saat tiba-tiba hp yang
saya taruh di meja bergetar. Saya pikir dari bos saya, eh ternyata anak saya
yang menelpon.
“Assalamu’alaikum..” ucapnya membuka dialog.
Saya pun
menjawab, “Wa’alaikum salam, ada apa fahd?”
Suara cengengesan terdengar dari speaker,
“Bah, ingat nggak uang kemarin abah kasih?”
“Ingat” jawab
saya.
Saya memang ingat, beberapa waktu lalu saat saya bersamanya, saya
memberikan sejumlah uang padanya. Uang yang saya akui bahwa jumlahnya terlalu
banyak buat anak seusia dia. Tapi saat itu saya benar-benar ingin mengetesnya.
Karena yang saya tahu dia sangat pemalu dan tidak suka jajan. Bahkan saat ia
kecil dia sanagat tidak suka memegang uang. Tapi ternyata,
“Uang yang abah kasih sudah aku habiskan, hehehe..” ujarnya tanpa dosa.
Sontak saja mata yang tadi sudah tunduh
di depan komputer tiba-tiba “on”. Pikiran pun melayang, bahkan perlahan dari
balik rambut mulai muncul tanduk. Ternyata anak saya pun belum bisa dipercaya
mengelola uang.
“Baru tiga hari uangnya sudah habis, memangnya kamu belikan apa?” tanya
saya, dan dia pun menjawab.
“Uangnya aku belikan buku semua.”
Dalam benak saya seolah muncul kilasan malaikat yang tersenyum di bahu
putraku. Mungkin benar kata orangtua, “buah jatuh nggak akan jauh dari
pohonnya.” Saya senang baca buku, walau sekarang sudah banyak ngeremnya, tapi
hobi beli, baca dan meminjami buku masih terus bergulir. Jadi saya pikir,
ngggak salah dong kalau anak saya kemudian meneruskan hobi saya tersebut. Dan
pada akhirnya saya pun cuma bisa bilang,
“Ya sudah kalau sudah habis, doain ya semoga Allah ngasih rizkiNya lagi,
buat beli beli buku lagi, buat belajar lagi.”
Hati kecil ini seketika galau, “Maafkan aku nak, sejatinya aku sangat ingin
bisa terus bersamamu, membimbingmu, dan belajar bersamamu. Ampuni aku yang
telah melewatkan banyak sekali kesempatan untuk bersamamu. Kupercayakan kau
pada ibumu, semoga dia amanah merawat dan mendidikmu.”
Melesatlahlah anakku di sirkuit ilmu tanpa finish, menyelamlah dalam
kedalaman ilmu tanpa tanpa batas. Guncang penghuni Arsy dengan kefakihanmu dan tundukkan kepalamu agar ilmu itu
berguna bagi sesama dan alam raya.
Karena kau malaikatku...
Bonus tambahan buatmu, kukirimkan kaos “kecil2 pinter, apalagi sudah besar”
dari Tante Windy...
Semoga dihari penghakiman kelak kau tak datang kepadaku, menjotosku dan
menghardikku, “Anjinglah kau ayah, kau tak pernah mendidikku, mengajariku dan
mengkabarkan padaku akan dahsyatnya Azab Tuhanku..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar